[REVIEW] CINEUS – Ketika Persahabatan dan Cinta Mengantarkan Pada Mimpi

cineus

Judul: CineUs
Penulis: Evi Sri Rezeki
Penerbit: Noura Books, 2013
Jumlah Halaman: 304
Ukuran: 13x19cm
ISBN: 978-602-7816-56-5
Harga Jual: Rp. 48.500,00

Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, lho… tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

Demikianlah sinopsis singkat dari novel CineUs yang ditulis oleh Mbak Evi Sri Rezeki di bagian belakang buku ini. Sekilas saja, novel ini sudah menarik perhatian dengan mengangkat tema yang jarang dijamah oleh penulis dalam negeri. Maklum, jumlah novel yang berkisah tentang kompetisi film masih bisa dihitung jari. Akan tetapi, justru di sinilah modal utama yang dengan pintar dipilih oleh Mbak Evi karena selain tema ini masih jarang diangkat, banyak sekali remaja-remaja di Indonesia yang biasanya gemar membaca novel juga punya hobi menonton film. Hmm, kombinasi pas!

Secara fisik, penampilan novel ini jika dilihat dari sampul sudah cukup menarik. Saya sudah punya gambaran tentang kisah persahabatan dengan hanya melihat sampulnya. Eits, tapi kata pepatah “jangan melihat buku dari sampulnya”. Menurut saya itu benar, tapi desain sampul juga merupakan faktor penting yang bisa menarik minat pembaca. Jadi menurut saya Mas Fahmi Ilmansyah selaku perancang sampul sudah bekerja dengan wow. Saya juga sangat suka penggambaran ilustrasi yang disisipkan di semak-semak, eh maksudnya, di antara chapter karena selain ilustrasinya bagus, gambar-gambar ini cukup membantu pembaca membangun imajinasinya sesuai dengan penggambaran yang dituliskan oleh Mbak Evi (wah saya sok kenal sekali sama penulisnya hehe, maaf ya Mbak>_<).

Di dalam novel ini, ada beberapa karakter kunci yang sering muncul seperti:

  1. Dania, ketua klub film di mana Lena bergabung di dalamnya, dan juga sahabat terdekat Lena.
  2. Dion, cowok tambun dan mengidap penyakit mental ADHD, pengambil gambar di klub film yang juga merupakan sahabat Lena.
  3. Rizki, cowok hantu misterius yang ternyata adalah pemilik web series terkenal kesukaan Lena.
  4. Ryan, sahabat Rizki yang selalu setia menemani Rizki membuat web series  dan berkontribusi dalam menciptakan efek suara.
  5. Tokoh-tokoh lain yang cukup membuat konflik di novel ini seperti dibumbui dengan dramatis, sebut saja Romi, Adit, Renata, dan Pak Kandar (haha sebenernya saya lumayan demen sama bapak yang terakhir saya sebutkan ^_~)

Tapi apalah suatu cerita kalau tidak ada tokoh utama yang memang berkarakter unik yang pantas dikisahkan dari awal buku hingga akhir? Di sinilah Lelatu Namira atau yang akrabnya dipanggil Lena yang sudah saya sebutkan tadi bisa mencuri perhatian. Dia adalah tipe cewe pemimpi dan berimajinasi tinggi. Dia sering membayangkan kejadian-kejadian fantasi dan beberapa kali dia seakan sedang asik di dunianya sendiri. Eits, maksudnya bukan cewek autis ya (saya membela diri saya sendiri juga hehe).  Contohnya saja dalam potongan yang saya ambil dari halaman 71 ini:

Kami tiba di lorong yang bercabang, Rizki mengambil jalan ke kanan. Tak jauh dari cabang, terdapa tangga pendek dari besi mengarah ke atas. Rizki merangkak naik. Aku memperhatikan jalan sebelah kiri. Bertanya-tanya, di situkah tempat tinggal monster laba-laba? Aku kecewa karena kami melewatkan begitu saja kesempatan baku hantam dengan monster laba-laba.

Penggambaran karakter Lena ini sangat jelas seakan-akan mbak Evi sebenernya sedang menceritakan dirinya sendiri dengan mimpi-mimpi pribadi Mbak untuk menjadi seorang sineas. Jujur saja, saya justru membayangkan mbak Evi alih-alih Lena dalam novel ini… hehe

Tapi yang menurut saya paling menarik di antara semua tokoh adalah Rizki si Anak Hantu. Saya mbatin, “lo kok cowok impian saya bisa di sini? >_<“. Yah mungkin dengan bisa merelasikan cerita dengan pengalaman pribadi malah bikin novel lebih seru buat dibaca. Di sini diceritakan kalau Rizki sebenarnya adalah cowok keren dan jenius yang web series-nya sudah ditonton oleh ribuan orang tetapi lebih suka menyembunyikan identitasnya. Dia tidak suka populeritas dan tidak suka “attention”. Bahkan Lena baru tahu kalau Rizki adalah anak tunggal seorang pengusaha terbesar di daerahnya, itu pun bukan dari Rizki sendiri.  Tapi justru karena itulah Rizki menjadi sangat menarik. Dia ini juga punya imajinasi tingkat dewa sama kayak Lena. Jadi mereka nyambung gitu… Kayaknya seru ya ketemu temen seminat dan segila kita? Seperti yang dikutip di halaman 78, “Barangkali kami memang alien yang berusaha bersahabat dengan manusia. Sementara, manusia menjadikan kami musuh karena tidak mengerti bahasa alien.” Tapi walau dari luar dia terkesan tidak dewasa dan terlalu imajinatif, sebenarnya dia adalah ‘cowok karbitan’ seperti yang disebut oleh Apeng, kawan lama Rizki. Maksudnya? Dia itu sebenernya berpemikiran dewasa dan bijaksana. Ada beberapa kejadian ketika Lena bereaksi tanpa berpikir panjang, Rizkilah yang menghentikannya. Juga ada banyak kata-kata Rizki yang pantas dikutip, seperti:

Dengar, Lena, kemenangan lahir dari proses, dari perjuangan! Kamu tahu, sebanyak apa pun kamu mencari pengakuan dari orang lain, kamu tidak akan pernah bisa memuaskan dirimu sendiri! Karena kepuasanmu bukan berasal dari hatimu sendiri!”

Sebenarnya saya masih pengen mengulas lebih jauh mengenai karakter Lena, Rizki dan teman-teman lain tapi kayaknya nanti jadi tambah panjang T_T. Move on ke plot, yuk.

Nah di sini sebenarnya plot-plot mengenai seseorang yang bermimpi meraih sesuatu, serangkaian event yang terjadi selama tokoh utama berusaha mencapai cita-citanya, dan berakhir dengan indah sudah banyak dijumpai. Tapi yang membuat seru dari novel ini adalah adanya twist di banyak bagian. Saya nggak akan bocorin gimana serunya plot di novel ini, tapi yang jelas plot yang disuguhkan di novel ini adalah salah satu point yang paling menarik dan kuat sehingga kita selalu dibuat penasaran untuk membaca hingga bagian akhir. Hanya saja, di bagian awal plot memang terasa kurang dinamis dan berjalan lambat. Mungkin memang disengaja gitu, kan memang baru awal-awal ketika kita baru saja dikenalkan dengan konflik.

Salah satu yang paling saya sukai dari novel ini adalah porsi berimbang antara kisah cinta, persahabatan, dan pertumbuhan pribadi yang diramu dengan baik. Tiga aspek ini disajikan tanpa menjadi berat sebelah. Saya sangat senang karena saya bisa membayangkan sekaligus mengalami sendiri (di dunia khayalan mungkin ya) kisah-kisah mereka. Artinya, gaya tulis mbak Evi bagus tanpa adanya penitikberatan pada deskripsi tapi saya masih bisa masuk ke dunia Lena dengan mudah.

Plot favorit saya adalah pertemuan pertama Lena dan Rizki. Di sini diceritakan kalau Lena bertemu Rizki di bawah pohon angker sekolah malam-malam. Saya nggak tahu ya apa saya mesti ketawa, tegang, atau ikut-ikutan deg-degan… Yang jelas unsur komedi-romantis novel ini memang benar. Dari bagian ini, saya benar-benar salut sama gaya tulis mbak Evi. Saya sampai berpikir jangan-jangan saya salah beli buku horor hahaha. Tapi memang pemilihan adegan ini bisa menggambarkan karakter misterius Rizki yang menurut saya malah cukup kocak.

Banyak sekali kelebihan buku ini, tapi tentu saja buku ini masih tidak luput dari kekurangan.  Pertama, walau karakter-karakter protagonis sudah sangat menarik dan unik, sayangnya tokoh anatagonisnya sangat stereotypical. Sebut saja, Adit adalah cowok keren dan rupawan dari keluarga pejabat yang kasar dan ambisius. Romi juga adalah cowok tidak berperasaan dan pengecut. Sementara Renata, seperti halnya ketua geng kinka sekolah-sekolah lainnya, adalah cewek populer ber-make-up ‘maksimum’ dan manja. Jadi mungkin dengan karakter-karakter semacam ini, pusat konfliknya akan dengan cukup mudah tertebak. Saya juga merasa kalau konfrontasi Adit dan Lena diceritakan lebih banyak, alih-alih antara Romi dan Lena, mungkin cerita ini akan menjadi lebih greget.

Yang kedua adalah, saya menemukan ketidakkonsistenan gaya tulis. Secara umum saya sangat suka gaya tulis mbak Evi yang ringan dan kocak. Tapi pada bagian tertentu –seperti di halaman 260-263–, saya seperti membaca rima-rima puisi atau penggalan diary ketika Lena ‘curhat’ tentang perasaannya. Bukan berarti saya tidak suka gaya tulis berat seperti itu, hanya saja mungkin gaya puitis ini sedikit keluar konteks dan mengurangi feel keseluruhan novel yang sebenarnya seru. (saya sebenernya seneng lo sama kata-katanya mbak Evi).

Dan yang terakhir, plot-plotnya ada banyak yang menggantung. Misalnya, saya enggak tau akhir kisah cinta Rizki dan Lena, apakah mereka pacaran atau hanya berteman. Bagaimana kelanjutan kisah Dania dan Dion? Dion masih belum mengetahui perasaan Dania padanya. Sementara itu, tidak ada kelanjutan kisah Ryan, padahal menurut saya dia juga tokoh penting dan menarik. Yang paling mengganggu adalah kisah dramatis hidup Dion. Awalnya saya pikir mbak Evi mungkin ingin menyelipkan kisah tersendiri untuk Dion dengan menceritakan masalah perselingkuhan orang tuanya dan ketika Dion tiba-tiba menghilang tanpa kabar, bukan hanya sekedar basa-basi pengalih perhatian Lena setelah ditinggalkan Rizki di malam puncak kompetisi, tetapi hingga akhir saya tidak mendapat kelanjutan kisahnya. Dan saya masih penasaran akan ancaman terakhir Adit kepada Lena dan teman-temannya. Selain itu, saya sedikit kecewa karena masih tidak ada seorang pun dari mereka kecuali Lena dan teman lama Rizki yang mengetahui bahwa Rizki dan Ryanlah yang berada di balik Web Series Series of Stars karena menurut saya Rizki dan Ryan pantas mendapatkan apresiasi untuk itu. Satu hal lagi, saya sebenarnya penasaran apakah Rizki itu sudah menyukai Lena bahkan sebelum mereka bertemu karena beberapa kali Rizki mengetahui apa yand dilakukan oleh Lena dan tak seorang pun yang lain tau. Seakan-akan dia sudah menaruh perhatian khusus kepada Lena bahkan sebelum Lena menyadarinya. Dari banyaknya pertanyaan yang masih belum terjawab, terbersit dalam pikiran saya bahwa mungkin Mbak Evi akan manjawabnya di serial berikutnya. Tapi Cine Us itu buku pertama serial club sekolah Mbak Evi kan ya?

Oke demikianlah review panjang saya mengenai novel CineUs. Terlepas dari kekurangan-kekurangan buku ini, buku ini sangat layak untuk dibaca dan dimiliki. Saya juga merasa mungkin serial berikutnya juga layak untuk ditunggu ^_~

Trailer untuk novel ini bisa ditonton di sini:

Rating: 4/5

Review ini ditulis untuk mengikuti lomba review bersama Noura Books dan Smartfren.

noura books

smartfren

19 thoughts on “[REVIEW] CINEUS – Ketika Persahabatan dan Cinta Mengantarkan Pada Mimpi”

  1. review-nya lengkap, plus-minusnya dipapar nyata. sepertinya bakal ada adik2nya nih CineUs, saya juga curiga. Jadi pengen bisa nulis novel *uhuk*. Sukses untuk kontesnya, dan salam kenal 😀

    1. Salam kenal juga mbak “belalang cerewet” 😀
      terima kasih, semoga kontesnya sukse >_<

      iya ini saya juga enggak sabar nunggu serial SCLUB berkutnya, dan curiga ini masih ada hubungannya dengan CineUS

  2. weh… tak pikir g jadi ikut…
    q g begitu ngerti novelx…
    entah kenapa q nemu miss type…
    why i thk this novel like ‘you’? (u know wht i mean)
    but…
    fighting!!!!!!!!!!!!

  3. karena saya juga suka baca novel terutama novel teenlit jd saya mau skdt ikut berkomentar buat sinopsis yg di buat ka aeg…klu di lihat dari segi strucktur penulisan..sinopsis yg dibuat ka aeg sudah cukup lengkap dan sesui rumus dn standar penulisan…cara penulisan nya jg friendly kaya bukan menulis tp seperti bercerita langsung ke pembaca..penggunaan kalimatnya cukup lugas jd sepertinya semua isi cerita sudah terpampang jelas. jujur saya sangat suka baca novel…apalg yg ber gebre remaja tp skrng jarang baca novel krna saya rasa hampir smua penulis berotak sama dalam pembuatan plot untuk novel yg bergenre seperti ini. bahkan penulis amatir fanfic lebih gereget dalam menuliskan imajinasi mereka…entah ini komentar saya relate atau tidak …tp saya bnr2 enjoy baca sinopsis ka aeg. sukses buat project ini. oh 1 lg klu ada yg bilang jngn liat buku daaaari covernya itu saya setuju.tp perlu di ingat.jngn asal baca buku…sebelum lihat sinopsisnya hahah

    1. makasih udah berkunjung dan ninggalin jejak komen kamu di sini 😀
      pada awalnya aku pikir novel dengan plot kompetisi seperti ini bertema perjuangan yang sama. Tetapi setelah membaca hingga beberapa chapter, baru kerasa greget ceritanya terutama setelah dua tokoh utama bertemu. Novel ini layak banget jadi bahan bacaan 😀

  4. wahh reviewnya lengkap banget kak ^^ jadi pengen baca bukunya hehehe…

    penasaran sama ceritanya.. pasti
    seru .. apalagi saya tipikal orang yg suka baca novel yang campuran antara horor. lucu. dan romance..
    aduh kayaknya cocok buat bacaan dirumah nih…

    i like ur review kakak
    Makasih ^^

      1. kkkk iya kak.. kkkk paling pinter ngerangkai kata kata untuk promosiin sesuatu :3 sampe bikin yang baca terhipnotis buat beli novel itu hskduhkduahkueh

  5. Review-nya lengkap banget, dari kelebihan buku sampai kekurangannya dijabarkan dengan jelas dan to-the-point, bikin tertarik untuk baca ceritanya 🙂 Apalagi saya tipikal pemimpi dan berimajinasi tinggi seperti Lena haha

    Like your review a lot! 🙂

    1. terima kasih banyak atas kunjungannya mbak Evi 😀
      saya ga sabar membaca novel berikutnya jika memang Mbak Evi akan membuat sekuelnya ^^ Sukses untuk Mbak Evi

Leave a reply to aegi0418 Cancel reply